Saturday, February 16, 2019

Tradisi TANGKAP IKAN TARIK TALI / WER WARAT DI DESA TANIMBAR KEI, KEPULAUAN KEI, MALUKU TENGGARA



Meti Kei dan Tradisi Wer Warat

Setiap tahun di bulan-bulan tertentu yang dimulai dari bulan september sampai dengan bulan november (puncaknya pada bulan oktober) terjadi fenomena alam yang sangat langka, yang oleh masyarakat maluku secara umum menyebutnya sebagai meti kei. Meti artinya air surut sedangkan kei merupakan suatu wilayah kepulauan yang berada di tenggara provinsi Maluku. Penyebutan ini berlangsung sudah sejak lama, dan pertama kali dipopulerkan oleh masyarakat kei.

Fenomen alam meti kei, merupakan air surut laut terendah hingga mencapai 500-700 meter, bahkan di beberapa desa bisa mencapai satu kilometer. Fenomen alam ini biasanya terjadi saat musim kemarau sehingga dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk mencari bia (kerang laut), dan seafood lainnya, baik itu untuk dijual atau untuk konsumsi sendiri di rumah. Biasanya pada saat musim meti kei, sebagian besar masyarakat di kepulauan kei melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan cara tradisional bahkan terbilang unik. Karena hanya menggunakan janur kuning yang diertakan pada tali nilon besar yang panjangnya disesuiakan dengan panjang pantai.

Mula-mula alat penangkap ikan (janur kuning yang dieratkan ke tali nilon) ditarik berbentuk setengah melingkar hingga mencapai kei bibir pantai dan dibiarkan selama sehari-semalam berada di laut, keesokan harinya ketika air laut mulai surut laki-laki yang sudah memenuhi syarat tertentu turun untuk menarik tali tersebut ke darat sambil memukul-mukul air laut agar ikan terperangkap. Kemudian masyarakat secara beramai-ramai turun ke laut untuk menangkap ikan dengan cara menombak, memotong, atau menggunakan jaring. Ikan hasil tangkapan akan dimakan secara beramai-ramai. Dalam kegiatan tangkap ikan tradisional yang oleh masyarakat kei disebut sebagai tradisi "wer warat" atau dalam bahasa Indonesia artinya tradisi tarik tali, terdapat juga beberapa ritual-ritual khusus yang dilakukan sebelum turun ke laut.

Menurut adat istiadat, tidak semua pria yang boleh ikut memasang dan menarik tali, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pria dewasa untuk ikut dalam tradisi tersebut. Persyaratan utamanya adalah tidak melakukan perbuatan dosa yang dilarang oleh agama yang diyakininya, bagi yang sudah menikah istrinya tidak boleh hamil dan juga tidak boleh melakukan perbuatan dosa. Pria dewasa yang ikut tradisi tersebut harus benar-benar bersih dari dosa. Setelah melewati persayaratan tersebut, mereka dimandikan dengan air khusus agar memiliki keberanian dan kekuatan dalam menangkap ikan, yaitu menggiring ikan sampai ke bagian darat hingga air mencapai lutut, barulah masyarakat lain yang berada di lokasi tersebut secara beramai-ramai turun menangkap ikan yang sudah terjebak di dalam tali yang dieratkan janur kuning. Menurut kepercayaan masyarakat ikan takut dengan janur kuning sehingga digunakan untuk menggiring ikan ke darat.


#keiislands_indonesia, #keiislands, #keiisland, #kei,  #malukutenggara, #maluku, #indonesia, #pesonaindonesia, #jalanjalan, #beach, #nature, #LaguKei, #LaguMaluku,  #KotaTual